Gereja bukanlah kelompok manusia yang berdiri atas inisiatif sendiri, tetapi Kristuslah yang dengan perantara Firman dan Roh-Nya mengumpulkan bagi-Nya suatu jemaat. “Gereja adalah tubuh Kristus, dimana Kristus adalah kepala. Kristus yang memanggil, maka Gereja berasal dari Kristus sendiri.“[1] Oleh sebab itu Rick Warren mengutip pernyataan McGavran memaparkan, “ Tuhan menginginkan gerejanya bertumbuh; Dia ingin domba-Nya yang hilang ditemukan!.”[2]
Peter Wagener dalam bukunya Strategi Perkembangan Gereja memaparkan, “Pertumbuhan gereja meliputi segala sesuatu yang ada sangkut pautnya dalam usaha membawa orang-orang yang tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus Kristus kepada persekutuan dengan-Nya dan kepada keanggotaan yang bertanggung jawab.”[1] Selanjutnya Rick Warren juga memaparkan bahwa, “Gereja-gereja sehat yang besar digembalakan oleh gembala sidang yang telah lama melayani di sana.”[2]
Rudi Zalukhu dalam blognya memaparkan, “penginjilan berhubungan dengan pertumbuhan gereja, karena penginjilan dapat membawa petobat baru masuk ke dalam gereja.”[3]
Jhon MacArthur menambahkan pendapat temannya bahwa, “ pertumbuhan gereja dipengaruhi oleh pengajaran Firman Tuhan yang kuat dan jelas kepada jemaat.”[4]
Namun ada satu fenomena yang tidak bisa dielakkan, yang terjadi. Banyak gereja yang sudah menjalankan teori-teori pertumbuhan gereja, namun gereja tersebut tetap dan tidak ada peningkatan secara kualitas maupun kuantitas dalam jemaatnya. Rick Warren menemukan fakta tersebut di gereja Amerika, “saya mencatat mengapa ada gereja yang sehat dan bertumbuh, dan mengapa ada gereja lain yang tidak sehat, tidak mengalami kemajuan atau hampir mati.”[5] Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Gereja yang besar semakin besar sedang gereja kecil semakin sakit dan hampir mati.
Seharusnya, gereja yang Kristus sendiri adalah kepala mengalami pertumbuhan apalagi dengan maraknya teori-teori pertumbuhan gereja. Namun kenyataannya masih ada saja gereja yang sakit dan terancam untuk mati atau tutup.
Dengan kenyataan ini, maka yang menjadi masalah adalah metode apa yang tepat untuk dapat menunjang pertumbuhan gereja sekarang ini.
Sauatu ciri yang menonjol dari gereja abad pertama adalah pertumbuhan gereja baik secara kualitas maupun kuantitas. Penulis melihat ini dikarenakan adanya suatu pola persekutuan dalam bentuk doa. Gereja sangat erat dengan Yesus sebagai kepala gereja, tanpa persekutuan itu gereja akan hilang dan tidak layak disebut gereja, karena gereja adalah gereja selama memiliki hubungan dengan Yesus Kristus.[1]
S.D Gordon menyatakan, “kemenangan yang sesungguhnya di dalam pelayanan adalah melalui doa.”[2] karena berdoa merupakan berbicara langsung kepada Allah.
Proyek Allah bagi dunia ini adalah menjadikan segala bangsa murid-Nya. Oleh sebab itu gereja membutuhkan persekutuan doa yang efektif. Pdt. MD Wakkary memaparkan, “menyembah dan doa adalah senjata peperangan rohani untuk mengalahkan iblis yang berusaha menghalangi pertumbuhan gereja.”[3]
Ini berarti lebih dari gembala sidang yang lama melayani, penginjilan dan metode lainnya, diperlukan persekutuan doa untuk pertumbuhan gereja. Meskipun sebuah gereja memiliki gembala sidang yang sekian lama melayani, penginjilan setiap saat namun jika hubungan dengan Kristus Sang Kepala gereja dan pemilik jiwa tidak baik maka hasilnya akan sama saja.
Tinjauan Pustaka
Doa merupakan sarana untuk membangun hubungan dengan Allah. Semua agama mengajarkan tentang doa sebagai alat komunikasi dengan Allah yang diyakini sebagai pencipta. Kekristenan juga demikian. Doa merupakan nafas orang Kristen, suatu komunikasi yang terjalin antara yang diselamatkan dan Juruselamat.
Definisi Doa"
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia doa adalah “permohonan, harapan, permintaan dan pujian kepada Allah.”[1]
Matius 4:1 mencatat bahwa, sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus berdoa terlebih dahulu di pagi-pagi buta dan dalam pelayanan-Nya kita dapat melihat bahwa pelayanan Yesus dipenuhi oleh tanda-tanda heran dan ajaib. Abineno mengatakan, “Betapa besarnya tempat yang Yesus berikan kepada doa dalm hidup dan pekerjaan-Nya. Panggilan dan tugas yang dipercayakan Allah kepada-Nya sebagai utusan-Nya, Yesus terima dalam doa.”[2] Dalam kehidupan Tuhan Yesus sendiri, Ia menempatkan doa sebagai sesuatu yang penting karena dalam doa Yesus menemukan kehendak Bapa-Nya dan dengan berdoa pelayanannya memiliki kuasa.
J. Wesley Brill dalam bukunya memaparkan,
Doa adalah berhubungan atau berkomunikasi dengan Allah. Doa merupakan pernyataan dari keterangan manusia kepada Allah untuk segala sesuatu. Doa mendatangkan kuasa Allah dalam kehidupan manusia. Tujuan berdoa adalah untuk memuji Allah, mengucap syukur kepada Allah, meminta pertolongan dari Allah bagi diri kita dan bagi orang lain.[3].
Peristiwa penyaliban Tuhan Yesus di atas kayu salib, membuka jalan bagi manusia untuk dapat datang dengan leluasa ke hadirat Tuhan. Tidak ada lagi tirai penghalang yang menjadi tembok untuk seseorang menemui Allahnya, dan dapat dikatakan bahwa, “Dia hanya sejauh doa.”
Dari pengertian-pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa doa adalah benar-benar nafas hidup orang percaya. Tanpa doa orang percaya tersebut akan mati secara rohani. Tampak fisiknya saja yang hidup namun hanya merupakan raga tanpa nafas. Doalah yang menghubungkan orang percaya dengan Allah, dengan doa orang percaya dapat mengenal Penciptanya lebih dalam lagi, apa yang menjadi kehendak Allah, kerinduan Allah atas orang percaya tersebut. Doa merupakan ungkapan hati dari orang-orang percaya atas kelemahan, keterbatasan dirinya, bahwa orang percaya membutuhkan Allah untuk mengubah kelemahan dan keterbatasan tersebut menjadi kekuatan. Doa merupakan bentuk penyerahan total kepada Allah,yang mengatakan bahwa siapakah aku ini, tanpa Allah di hidupku. Orang percaya berdoa karena mengasihi Allah, adanya suatu kerinduan yang besar akan hadirat Allah, adanya ketergantungan kepada Allah dan bahwa hanya Allah yang dapat mengubah kehidupannya.
Allah berkuasa. Ia menciptakan alam semesta dan manusia sesuai kehandak-Nya, dan memiliki otoritas atas segala sesuatu yang Dia ciptakan termasuk atas manusia. Daud dalam nyanyiannya Mazmur 68:35 menceritakan tentang kekuasaan Allah. “Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan-Nya ada di atas Israel, kekuasaan-Nya di dalam awan-awan.” Manusia harus mengakui kekuasaan Allah, karena memang Dia Allah yang berkuasa. Dan manusia tidak dapat hidup tanpa Allah. Manusia ada, manusia dapat mempertahankan kehidupannya dari hari ke hari adalah tanda kekuasaan Allah.
Namun, suatu hal yang sering dianggap sepele sebagai orang yang mengaku percaya Kristus adalah memelihara hubungannya dengan Allah sendiri, hubungan yang intim dan erat adalah yang sangat Allah tuntut dari kehidupan orang percaya. Allah ingin agar orang percaya mengasihi Dia melebihi apapun di dunia ini, karena Dia adalah Allah yang cemburu (Ulangan 5:9). Allah tidak menginginkan Diri-Nya digantikan oleh siapapun dan oleh apapun dalam kehidupan orang percaya. Oleh sebab itu manusia harus menjaga hubungan dan persekutuannya dengan Allah.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini memberikan definisi doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia dan dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyantuh rohnya.[1] Pengertian tersebut menekankan bahwa Allah sebagai pemrakarsa doa yang menyentuh roh manusia, sehingga manusia dapat bersekutu dengan-Nya melalui doa.
Doa adalah persekutuan dengan Allah, pergaulan dengan Allah, bercakap-cakap dengan Allah, yang dalam hal ini bukan hanya mengucapkan kata-kata kepada Allah, tetapi mengenal Dia lebih dalam.[2] Ini berarti bahwa doa adalah suatu persekutuan dengan Allah yang terbentuk melalui percakapan dengan-Nya, bukan hanya sekedar berbicara kepada Allah, tetapi membiarkan Allah berbicara supaya manusia lebih mangenal isi hati-Nya.
Kuasa Doa:
Doa yang benar selalu menghubungkan manusia dengan Allah yang hidup.[3] Senduk menambahkan,
Allah Maha Kuasa. Dia berkuasa atas seluruh kerajaan dunia, atas seluruh kerajaan-Kerajaan dunia, atas seluruh umat manusia. Tuhan Yesus berkata: ”Segala kuasa di Sorga dan di dunia telah diserahkan kepada-Ku.” Oleh sebab itu Tuhan Yesus adalah Allah yang hidup dan Yang Maha Kuasa. Dengan berdoa kepada Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa itu, maka kuasa-Nya akan dinyatakan untuk menjawab setiap permohonan dan permintaan. Orang yang berdoa akan melihat kuasa Allah melalui doa tersebut.[4]
Pemaparan tersebut meyakinkan kita bahwa doa memiliki kuasa karena Allah. Kuasa doa berhubungan dengan Allah sendiri, atau sarana komunikasi untuk Allah menyatakan kuasa-Nya. Janji Tuhan dalam Yohanes 14:13-14 berbunyi, “dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”
Demikianlah kuasa doa. Dengan doa, manusia dapat meminta pertolongan dari Allah untuk menyatakan kuasa-Nya, merobahkan segala keadaan dan nasib yang buruk. Kuasa dosa akan dilenyapkan dan diganti dengan berkat-berkat dari Tuhan.
Mengabulkan Permintaan
Melalui doa kuasa Allah dinyatakan. Doa memiliki kuasa untuk mengabulkan permintaan. Ayub 22:27 berbunyi, “Jikalau engkau berdoa kepada-Nya, Ia akan mengabulkan doamu, dan engkau akan membayar nazarmu.” Apa yang orang percaya minta kepada Allah melalui doa akan diberikan. Seperti pemaparan Torey doa adalah jalan yang ditujukan Allah untuk menerima sesuatu.[5] 1 Yohanes 5:14-15 berbunyi,
Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepadaNya
Ayat ini memberikan kepastian bahwa Allah melalui doa mengabulkan permintaan umatnya. Apa yang dihendaki dan yang menjadi kebutuhan, dikatakan bahwa kita telah memperolehnya. Namun yang dikehendaki dan yang dibutuhkan haruslah menurut kehendak Allah.
Selanjutnya Firman Tuhan dalam Matius 7:7 berkata, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Ini berarti Tuhan menginginkan agar umat-Nya meminta kepada-Nya, meminta apa yang dibutuhkan. Selanjutnya dijelaskan dalam ayat 8 pada pasal yang sama, “Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Bagaimana seorang bapa dapat mengetahui apa yang dibutuhkan anaknya, jika si anak tidak mengungkapkannya, tidak meminta kepada bapanya. Allah adalah Bapa yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak-anak-Nya. Namun, Allah ingin agar anak-anak-Nya belajar untuk mengungkapkan keperluannya kepada Bapa. Karena melalui doa hubungan Bapa dan anak-anak-Nya akan semakin dekat, dan melalui doa juga kuasa Allah dapat dinyatakan dengan menjawab setiap permohonan dari anak-anak-Nya.
Mengubahkan
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia dipenuhi oleh berbagai masalah hidup. Manusia semakin hari semakin tertekan oleh keadaanya, sulit untuk kembali kepada Allah. Namun Allah oleh karena kasih-Nya, mencari dan menebus manusia dari dosa, hingga manusia boleh datang kepada Allah melalui doa. Oleh sebab itu doa memiliki kuasa untuk mengubahkan. Berkuasa mengubahkan hidup seseorang, mengubahkan keadaan yang mustahil sekalipun.
Foster mengatakan,
Berdoa berarti mengubah. Doa adalah cara utama yang dipakai Allah untuk mengubah kita. Jika kita tidak bersedia diubah kita akan meninggalkan doa sebagai ciri yang nyata dalam kehidupan kita. Ketika kita berdoa, maka Allah dengan perlahan-lahan dengan penuh rahmat akan menyatakan tempat-tempat persembunyian kita dan melepaskan kita dari tempat-tempat itu.[6]
Dari pendapat Foster ini, dapat dimengerti bahwa berdoa memiliki kuasa terutama untuk mengubahkan orang yang sedang berdoa tersebut. Setiap orang memiliki tempat-tempat persembunyian dalam dirinya yang tidak ingin agar orang lain ketahui, karena di dalamnya terdapat perbuatan-perbuatan yang dilakukan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dan dengan doa sungguh-sungguh Allah akan mengubahkan dan mengeluarkan kita dari tempat tersebut.
Begitu pula di dalam gereja. Yang menjadi penyebab gereja tidak bertumbuh, sering karena jemaat-jemaat di dalamnya belum diubahkan oleh Tuhan. Jemaat tidak membuka diri, tidak mengijinkan Tuhan untuk mengubahkan hidup mereka. Tanaman tidak akan bertumbuh dengan baik jika ada hama yang menggrogotinya, gereja tidak akan bertumbuh kalau pribadi-pribadi di dalamnya masih menyimpan hama yang merusak kerohaniannya secara pribadi.
Memberi Kemenangan
Doa juga memiliki kuasa untuk memberikan kemenangan kepada orang-orang yang sedang berada dalam tekanan dan belenggu, memberikan kelepasan dan kemerdekaan. Jay Dennis memaparkan,
Doa adalah suatu tindakan penyerahan yang membawa hal-hal mengerikan menyakitkan, mustahil dan menyerahkannya kepada Allah, menyerahkan kendali kepada Allah, yang bekerja di dalam dan melalui segala sesuatu, menghancurkan penghalang dengan perintah Allah, mempercayai Allah untuk mengalahkan musuh, menjamah jiwa yang sedang berperang dengan kesembuhan, mengubahkan seorang kalah yang terbelenggu menjadi anak Allah yang berkemenangan.[7]
Pengertian ini mengartikan bahwa doa mempuanyai kuasa untuk melepaskan seseorang dari hal-hal yang mengerikan, menyakitkan, mustahil karena Allah sehingga orang tersebut mengalami kemenangan.
Firman Tuhan dalam Efesus 6:12 berbunyi, “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Mark R. Littleton dalam bukunya memaparkan,
“Kehidupan Kristen adalah suatu peperangan. Kelihatannya tidak selalu demikian, karena kita tidak melihat senapan-senapan mesin berdentum dan bom-bom yang menggelegar di dekat kita. Tetapi, kalau hari demi haro kita berusaha tumbuh dalam kekudusan dan iman, apabila kita membagikan berita tentang Yesus, apabila kita berusaha membritakan kebenaran dan keadilan di tempat-tempat kita bekerja dan bermain, maka kita akan segera mendapati bahwa itu adalah satu peperangan.[8]
Pemaparan tersebut jelas bahwa lawan orang percaya bukanlah manusia-manusia yang lain, tetapi kuasa-kuasa yang tak terlihat. Peperangan sesungguhnya untuk pertumbuhan gereja yang efektif adalah secara rohani.[9] Orang percaya dan gereja tidaklah dapat melawan dengan senjata seperti senapan dan sebagainya. Senjata orang percaya adalah doa. Ulangan 1:30 berbunyi, “TUHAN, Allahmu, yang berjalan di depanmu, Dialah yang akan berperang untukmu sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan matamu.” Ini berarti bahwa Allah berperang menggantikan kita melawan penghulu-penghulu kuasa yang jahat dan pasti menang.
Menyembuhkan
Kisah Para Rasul 28:8 berbunyi, “Ketika itu ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Paulus masuk ke kamarnya; ia berdoa serta menumpangkan tangan ke atasnya dan menyembuhkan dia.” Ayat ini menegaskan bahwa salah satu kuasa doa juga adalah menyembuhkan.
Begitu juga yang dipaparkan oleh Wilfried bahwa,
Doa mempunyai daya penyembuh. Apabila dukungan dasar manusia, yaitu hubungan dengan Allah itu baik adanya, maka keselarasan di kedalaman itu mempunyai pengaruh menyembuhkan yang tahap demi tahap menembusi suasana fisik dan psikis. Dalam doa harus ada tempat yang lebih dari cukup bagi cinta kasih dan sembah sujud. Bagi orang-orang Kristen doa adalah petualangan cinta kasih besar-besaran.[10]
[1] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid A-L, (Jakarta: YKBK OFM, 1999), 249.
[2] An Unknown Christism, Pasrah Dalam Doa, (Jakarta: Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 2003), 26.
[3] Dr. H.L. Senduk, Kuasa Doa,(Yayasan Bethel, 1985), 9.
[4] Ibid, Kata Pengantar.
[5] R.A. Torey, Bagaimana Kita Patut Berdoa, (Surabaya: Christian Literatur Crusade), 2.
[6] Richard J. Foster, Tertib Doa, (Malang: Gandum Mas, 1990), 54.
[7] Jay Dennis, Eksperimen Doa, (Jakarta: Immanuel, 2002), 76.
[8] Mark R. Littleton, Siap tempur ,(Bandung: Kalam Hidup, 1998), 17.
[9] C. Peter Wagner, Doa Peperangan, (Jakarta: Metanoia, 1994),38
[10] Wilfried Stinissen Karmelit, Manusia, Siapakah Engkau?, (Jogyakarta: Kanisius, 1983), 19.
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia.s.v. “doa”.
[2] Dr. J.L.Ch. Abineno, Doa menurut Kesaksian PB, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1992),4.
[3] J. Wesley Brill, Doa-doa dalam Perjanjian Lama, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, n.d),1.
[1] GratianNetCybermedia.Com. 15 Maret 2011
[2] S.D Gordon
[3] Pdt. Dr. Sularso Sopeter, dkk, Sebuah Bunga Rampai Pertumbuhan Gereja, ( Jogya: Yayasan Andi)
[1] Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Malang: Gandum Mas, 1996), 100.
[2] Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini,(Malang: Gandum Mas, 2003), 35.
[3] Rudy Zalukhu, Blog Archive, strategi pertumbuhan Gereja. 15 Maret 2011
[4] Jhon McArthur, Our Sufficiency In Christ, (Dallas: Word Publishing, 1991), 118.
[5] Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini,(Malang: Gandum Mas, 2003), 21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar